Tittle: Call Me Baby
Author: WuwuTaeyeon
Main Cast: Jung Daehyun & Kim Taeyeon.
Genre: Romance, Life, AU
Rating: PG 15
Disclaimer: The casts is belong to their god, parents, and agency. ©WuwuTaeyeon // Do not copastmor plagiarsm!
A/N: Leave a comment after you read this fanfic! Big thanks to analeeseu @ArtZone for the daebak poster!
Call Me Baby
Seorang namja bertubuh tinggi itu sedang memegang kepalanya dan bertopang dagu. Dari raut wajahnya, sepertinya ia memiliki masalah. Sesekali ia memejamkan matanya dan menghela nafas.
12 menit...
26 menit...
30 menit...
Namun ia tidak sendirian, disebelahnya ada namja imut yang memiliki tubuh yang sedikit lebih tinggi. “Hyung, aku sudah bosan. Ayo kita pergi hyung~”
“Tolonglah diam sedikit, Choi Junhong... Aku sedang sibuk” Ucap namja yang dipanggil ‘hyung’ oleh Junhong.
“Kumohon, ayolah kita pergi, aku bosan!”
“Sibuk? Dari tadi kau hanya bertapa dan menghela nafas.” Lanjutnya. Sepertinya Junhong benar-benar sudah bosan.
“Diamlah, Junhong!” Bentakan kecil keluar dari mulut Daehyun.
Junhong hanya bisa menganggukan kepalanya pelan dan duduk manis. Ia tidak mau membuat Daehyun marah karena ia tahu, jika Daehyun marah, perang dunia III akan segera dimulai.
45 menit...
50 menit...
60 menit...
Sudah 1 jam Daehyun diam di posisi seperti 1 jam yang lalu. Tiba-tiba Daehyun beranjak dari kursi lalu menarik lengan Junhong agar ia berdiri. “Wae, hyung?” Junhong bingung. “Ayo kita makan dulu, aku tahu kau lapar.” Ucapnya sambil menyunggimgkan senyumnya. Mwo? Bukankah tadi ia dalam kondisi mood yang buruk, kenapa ia jadi baik begini?, batin Junhong. Ah, sudahlah, bagus dong, kalau Daehyun hyung baik begini, batinnya lagi.
Call Me Baby
“Daehyun pulang!”. Kalimat itu biasa diucapkan Daehyun ketika Daehyun pulang dari kerja. Namun sore ini berbeda dengan biasanya. Biasannya, Taeyeon menyambut Daehyun—suaminya, membukakan blazer, menyimpan tas kerja Daehyun dan membuatkannya makan malam. Sore ini Taeyeon tidak menyambut Daehyun, melepaskan blazernya, bahkan tak ada makanan satupun di meja makan.
Daehyun yang menyadari perbedaan itu melihat Taeyeon yang sedang menonton tv diruang keluarga. “Taeyeon-ah, kenapa kau tidak menyambutku, melepaskan blazerku, menyimpan tas kerjaku?” Tanyanya. “Huh!” Taeyeon beranjak dari sofa cream itu dan berjalan menuju kamar tidur. Daehyun dibuat bingung dengan perubahan sikapnya. Tak mau membuang waktu, Daehyun meletakkan tas kerjanya begitu saja diruang keluarga, membiarkan blazernya jatuh dilantai dan langsung pergi ke kamar tidur.
Klekk..
Hal pertama yang ia lihat adalah Taeyeon menonton tv—ralat, menatap kosong tv yang menyala. Dan yang membuat Daehyun tambah heran adalah raut wajah Taeyeon yang marah. Apa ia marah padaku? Tapi kenapa? Tadi pagi dia baik-baik saja, kok kepadaku tapi kenapa dia marahnya sekarang? Berbagai pertanyaan muncul dikepala Daehyun.
“Taeyeon-ah?” Daehyun duduk disebelah Taeyeon dan menatapnya hangat. “Heum?” Balasan Taeyeonpun terdengar dingin. “Kau ini kenapa? Apa aku ada salah?” Tanya Daehyun selembut mungkin. “Pikir saja sendiri.”
“Taeyeon-ah, kau ini kenapa marah padaku?”
“Berisik! Sudah ku bilang, pikir saja sendiri.” Taeyeon menjauhkan dirinya dari Daehyun.
Karena Daehyun tidak mau memperburuk suasana, maka Daehyun berkata, “Well, aku tidak tahu kenapa kau marah kepadaku. Aku akan pergi sebentar agar kau bisa menenangkan diri dan jika kau membutuhkanku, tolong telepon aku.”.
Call Me Baby
“Oh jadi begitu, hyung... Hm..” Tanggap Junhong saat mendengarkan cerita Daehyun. “Ne, aku tidak tahu kenapa tiba-tiba ia marah padaku, jadi aku memutuskan membeli boneka ini...” Daehyun mengeluarkan sebuah boneka yang ia beli tadi bersama Junhong. “Entah kenapa setiap melihat wajah boneka ini aku selalu ingin tertawa,” tambah Junhong.
“Kira-kira apa salahku? Padahal tadi pagi ia bersikap seperti biasa.” Sepertinya Daehyun sedang butuh seorang teman yang bisa memberinya saran. Junhong menegak espeesso-nya. “Ya, mungkin ada perilakumu yang membuat ia kesal. Bukan hari ini mungkin, tapi sudah lama dan kau terus mengulang kesalahanmu tanpa sadar.” Jawab Junhong. “Mungkin... Tapi aku harus bagaimana kalau aku bertanya apa salahku ia malah menjawab seperti itu?”
“Kurasa sebaiknya kau menyebutkan semua kesalahanmu. Perhatikan raut wajahnya juga selama kau menyebutkan kesalahan-kesalahanmu.”
“Ya! Jangan semua... Jika aku menyebutkan semua, aku bisa membunuhku secara tidak langsung,” raut wajah Daehyun tiba-tiba sedikit panik.
“Memang kesalahan besar apa yang kau pernah perbuat?”
“Hehehehe, between you and me, Choi Junhong, aku pernah melihat dia naked, secara tidak sengaja tentunya, hehehe...” Daehyun nyengir.
“MWO?!!”
“Sudahlah, lupakan apa yang aku bilang barusan! Lebih baik kita pulang. Sudah mau jam 7 malam, jika terlalu malam, aku bisa dibunuh Taeyeon.” Ucap Daehyun. “Kau terlalu berlebihan, hyung. Taeyeon noona yang baik itu tidak mungkin membunuhmu” Bela Junhong. “Ya! Kau belum pernah dimarahinya sih... Ayo kita pulang!”.
Skip Time
@ DaeTae’s apartment, 22:02, South Korea.
Sekarang Daehyun sudah berada didepan apartemennya. Ia mengeluarkan sebuah kartu lalu meng-scannya dan memencet beberapa tombol pada sebuah alat yang tertempel dipinggir pintu.
Ketika Daehyun membuka pintu, ia tidak melihat Taeyeon. Ia yakin Taeyeon sudah berada dikamarnya karena sudah mulai larut malam.
Tokk.. Tokk.. Tok..
Begitu pintu dibuka oleh Taeyeon, Daehyun melihat raut wajah Taeyeon yang masih—sedikit kesal. “Eum... Taeyeon-ah, bolehkah aku masuk?” Daehyun berusaha berbicara sebaik mungkin. “Ne.” Jawabnya datar. Sangat datar. Kemudian Taeyeon duduk diatas kasurnya sambil memainkan ponselnya. Daehyun menghela nafas kecil dan berharap kali ini dia mendapatkan alasan yang jelas. Dia menjatuhkan tas selempangnya didepan pintu. Lalu ia naik dan duduk ke kasur—disebelah Taeyeon.
“Taeyeon-ah.”
“Ne?”
“Kali ini aku butuh jawabanmu yang jelas. Lihat mataku!” Daehyun mengarahkan wajah Taeyeon yang tadinya asyik dengan ponselnya, sekarang Taeyeon benar-benar menatap mata Daehyun. Daehyun menatap bola mata hazel milik Taeyeon dengan serius.
“Wae? Kenapa denganmu ini, huh? Adakah alasanmu mengacuhkanku dan memusuhiku?” Satu alis Daehyun terangkat yang mengartikan ia bertanya.
“Ada.”
“Katakan!”
“Kau, Jung Daehyun. Kita telah bersuami-istri selama 3 bulan, tapi mengapa? Mengapa kau tidak pernah memanggilku dengan suatu panggilan khusus?. Maafkan aku atas perilakuku tadi sore, aku hanya ingin mengetahui seberapa pekanya dirimu. Apakah aku kurang untukmu sehingga kau hanya memanggilku dengan sebutan ‘Taeyeon-ah’?. Jujur saja, aku selalu cemburu jika teman-temanku dipanggil dengan panggilan khusus oleh pasangannya, padahal diantara mereka, banyak yang belum menikah. Aku tidak memaksamu jadi pria yang romantis, Jung Daehyun, tapi aku butuh seorang namja yang peka.” Jelas Taeyeon.
Perlahan-lahan, ia mengeluarkan cairan bening hangat dari matanya. Ya, dia menangis.
Daehyun yang mendengarkan penjelasan Taeyeon barusan tercengang. Selama ini dia tidak sadar bahwa dirinya tidak peka. Daehyun hanya bisa terdiam beberapa saat. Matanya menerawang jauh. Memori-memorinya kembali berputar bagaikan film dikepalanya. Dia kembali mengingat-ingat masa-masa berkencan dengan Taeyeon. Dia ingat dia tidak pernah memanggil Taeyeon dengan panggilan khusus saat baik saat kencan maupun beraktivitas bersama. Daehyun berjanji setelah ini, ia akan mencoba menjadi namja yang peka walaupun ia tidak yakin dengan janjinya. Tapi kalau ia tidak mencoba, bagaimana ia akan tahu?.
Daehyun mendengar isakan tangis Taeyeon. Ini kesempatanku, batin Daehyun. Daehyun menyenderkan kepala Taeyeon ke dada bidangnya. “Menangislah jika kau itu membuat dirimu lebih tenang, aku tahu jika kau sedang membutuhkan Jung Daehyun, Jung Taeyeon.” Kalimat hangat tersebut keluar dari mulut Daehyun secara tidak sengaja dan membuat Taeyeon cukup kaget. Kemudian Daehyun mengelus pucuk kepala Taeyeon dengan penuh perasaan dan cinta. Taeyeon tak menyangka, bahwa ada sisi romantis milik Jung Daehyun, namun Daehyun belum sadar bahwa ia hanya butuh kepekaan yang tinggi saja.
Seiringnya berjalan waktu, tangisan Taeyeonpun mulai berhenti. Berganti dengan sesenggukan kecil. “Jung Taeyeon, tadi kau berkata bahwa kau cemburu jika teman-temanmu dipanggil dengan panggilan khusus oleh kekasihnya, sementara kau tidak. Aku ingin memperbaiki diriku, Taeyeon-ah. Aku berjanji akan menjadi namja yang peka. Jadi, kau ingin dipanggil dengan panggilan apa?” Daehyun mulai membuka mulut. “Aku..... Teserah kau,” Ucap Taeyeon. “Eh, tapi jika itu karena kemauanku sebaiknya tidak usah.” Lanjut Taeyeon. Taeyeon ingin panggilan khusus untuknya dari Daehyun bukan karena kemauan, tapi ia ingin dari hati.
“Mwo? Aku akan selalu memanggilmu dengan panggilan khusus dengan hati, Jung Taeyeon,” Kata Daehyun seakan tau apa yang Taeyeon ingin dalam hati.
“Kau..... Cukup peka juga.” Komentar Taeyeon saat melihat Daehyun tersenyum sangat manis padanya. “Peka? Bukankah tadi kau bilang aku itu namja yang kurang peka?” Tanya Daehyun heran. “Ternyata kau langsung menepati janjimu, Jung Daehyun. Kau tahu apa yang hatiku katakan. Untuk panggilan, itu aku serahkan padamu.”
“Bagaimana dengan ‘Baby’? Aku rasa itu cukup romantis, kekeke~” Daehyun terkekeh. Taeyeonpun ikut terkekeh. “Hm.. Kau cukup romantis juga, aku menyukainya! Bagaimana dengan panggilanmu?” Ucap Taeyeon menatap wajah Daehyun imut. “Ah! Hajima! Berhenti menatapku dengan wajah aegyomu itu!” Daehyun menggelengkan kepalanya. “Hehehe... Bagaimana dengan.... Daedae? Kurasa itu lebih imut dari wajahku, oppa!” Taeyeon mengerjap-erjap matanya lucu. “Daedae? Whaa~ aku menyukainya! Tapi kurasa nama itu tidak akan bisa mengalahkan keimutan my baby, Jung Taeyeon! Ohya, kau tunggu disini.”.
Daehyun turun dari kasur tidur mereka dan berlari menuju pintu kamar. Disana ada sebuah paper bag yang berisi boneka yang tadi Daehyun beli. Kemudian Daehyun kembali(?) dan menyerahkan paper bag tersebut kepada Taeyeon. “Mwo? Apa ini? .... Wahhh! Neomu gwiyeobta, Daedae-oppa! Dokkong doll!” Taeyeon langsung memeluk-meluk boneka kacang hijau tersebut. Kemudian Taeyeon memeluk Daehyun dan mengecup pipinya. “Gomawo, Daedae-oppa! JUNG DAEHYUN JJANG!!” Teriaknya. Daehyun yang melihat kelakuan childish dan dorky Taeyeon kumat, ia tertawa.
“Baby! Kemarilah!” Panggil Daehyun dengan panggilan khususnya. Taeyeon yang merasa terpanggil(?)pun menghampiri Daehyun yang tersenyum manis padanya. Daehyun memberikan isyarat kepada Taeyeon agar Taeyeon mendekatkan wajahnya.
Cup~~
Daehyun mencium bibir Taeyeon dengan lembut dan menyalurkan listrik cintanya. Taeyeon yang merasakan sensasi nyamanpun membalas ciumannya. Lidah Daehyun mengecek gigi-gigi Taeyeon yang rapih tersusun digusinya.
“Daedae!”
Mendengar suara dari ‘Baby’nya itupun ia mengerti, Taeyeon sudah mulai kehabisan nafas. Kemudian Daehyun melepaskan ciumannya. “Hah! Daedae! Kau itu hampir membuatku mati, kau tahu?”
“Tapi baiknya, kau mulai peka. Gomawo, Jung Daehyun.” Sambungnya sambil menarik ujung bibirnya keatas.
“Cheonma dan Gomawo. Kau telah menyadarkanku pentingnya kepekaan.”
“From this second, call me baby, Jung Daehyun.”
“Always, Baby. Saranghae!”
Malam itupun ditutup dengan ciuman hangat dari pasangan Jung Daehyun dan Jung Taeyeon.
THE END
Yeah! Akhirnya selesai~~ Gomawo untuk good readers yang udah ninggalin komentar diFF-FFku, kan jadi cepet begini buatnya (2 hari). Untuk NS-nya aku belum punya ide (hiks), palingan buat FF Oneshot atau Drabble dulu deh :D, maklum umur udah hampir kepala 2 tapi baru berseluncur/? Didunia FF paling baru 1 tahunan. Oke~ abis ini HARUS ninggalin komentar! Annyeong!